By: Basnu jiko makolano
Menoreh pandangan dilukisan khiasan
Di balik diam di kesunyian belas kasihan
Ku tak ku rebut mahkotaMu bagai ungkapan
Sukma sejati tak kehilangan arah dalam jelmaan
Hanya tersipu malu jikalau permata direbut tuan
Cawan yang ku ambil bagai pengobat rindu bualan
Bertaburan buih sirna di genangan air
Sembilu pedih menyayat hati menepis takdir
Bagai lukisan darah direnggut tangan pemikir
Aku selaksa kenangan lalu dipintu akhir
Terukir sandi bayang di lorong terakhir
Mengarungi samudera berbahtera jingga
Terlihat jauh disana bukit permata
Hembusan angin darat meniup pelita
Ku jaga terangnya dibalik cahaya
Hanya terjaga di kesadaran semestinya
Tuk menjaga abdiku yang sebaiknya
Sekuntum mawar kematian terbawa arwah merpati
Bergegas menanti di marwah manzilah hati
Biarlah kembali pulang membawa arti
Ku pastikan datang kan ku menanti
Sekalipun masa menghampiri belati
Dan menunjuk kuasa waktu agarku terpatri
Kan ku menanti disambut perawan istana
Sambil mengganggam ribuan aksamala
Sang punggawa tinggalkan negeri berhala
Membawa kebaktian ditangan gembala
Atau pula sesembahanku tak dijamu para dewa
Takdirku sedemikian rupa yang harus ku jaga
Melengkapi bagian permata hidup
Jikala sebagian kitab telah termaktup
Awal dan akhir menjadi pelengkap
Maka yang diakhir sebuah penutup
Dua kalimah kan selalau terucap
(BJM : 13-02-2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar