By : Basnu jiko Makolano
Pandanganku tertutup tertulis suratan
Di balik nyanyian diam tergoreskan
Tak ku rebut takhtaMu mengucap luapan
Sukma sejati tak kehilangan arah jelmaan
Hanya tersipu sayup jikalau permata direbut tuan
Cawan ku ambil bagai pengobat rindu khasmaran
Bertaburan buih sirna di genangan air
Sembilu pedih menyayat hati menepis takdir
Bagai lukisan darah direnggut tangan pemikir
Aku selaksa kenangan lalu dipintu akhir
Terukir simbol aksara di lorong terakhir
Ku arungi samudera berbahtera jingga
Terbit nan jauh disana bukit permata
Diselimuti hamparan nan indah bermega
Hembusan angin darat meniup pelita
Ku jaga terangnya dibalik cahaya
Hanya terjaga di kesadaran semestinya
UntukMu Dikau pujaan abdiku yang sesungguhnya
Sekuntum mawar kematian terbawa arwah merpati
Bergegas menanti di marwah manzilah hati
Biarlah kembali pulang merangkai arti
Ku pastikan datang Dikau menanti
Sekalipun masa menghampiri belati
Dan menunjuk kuasa waktu agarku terpatri
Kan ku menanti disambut perawan istana
Sambil mengganggam ribuan aksamala
Sang punggawa kan pergi tinggalkan negeri berhala
Membawa kebaktian ditangan gembala
Sebagai sesembahan tuk dijamu para dewa
Takdirku sedemikian rupa yang ku jaga
Melengkapi bagian permata hidup
Jikala sebagian kitab telah terselip
Yang diawali akhir bagai pelengkap
Terangkum segenap catatan menyingkap penutup
Dua kalimah kan selalau terucap
(BJM : 03-03-2019)
Sajak ARKAMAYA
puisi dan Bahasa kalbu
Sabtu, 02 Maret 2019
Senin, 18 Februari 2019
DHINAKARA
By: Rass Tjan
Wahai cahaya seribu purnama.
Aku tertidur selimut antara.
Di balik bias ia menyapa jua
ku tatap gunda selaksa tanya.
Siapa dikau wahai permata?.
Indahmu tak berupa raga.
Sepertinya dikau ku kenal lama.
Hanya saja tak pernah ku sapa manja.
Apakah engkau adalah zingga?
Di balik riang sang dhinakara..
Elok mu begitu terasa,seperti terjaga.
Kurasa ini ,,seperti tidak dan sengaja.
Di antara meganya kalimah-kalimah
Dikau bertahta-tahta disetiap insan bernama.
Melingkari kosong bernyala nan bernyawa.
Wahai dikau yang ku panggil zingga.
Kenalkan aku rupamu sedikit saja.
Biar ku tau dirimu adalah sang kelana.
Kelana diri ku di balik diri merah merona
Nan elok mu itu bersemayam ilahi cahaya.
Zingga oh zingga kemilau nan semesta
Aku mati penasaran tak berdaya dan berdarah.
Harapku barangkali memeluk saja.
Seperti suatu sempurna tak ada gunda
Wahai zingga yang ku sapa.
Sudikah dikau temani ku selamanya?
Temaniku mengitari se isi raya..
Dan sampai ku pulang kepada tanah.
Menutup mata dalam waktu yang baka.
Terimalah aku sebagai sesembahan
Jasatku yang hina di mata dan dunia.
Zingga..
Aku tak daya dan upaya
Tanpamu,,aku payah..
Wahai cahaya seribu purnama.
Aku tertidur selimut antara.
Di balik bias ia menyapa jua
ku tatap gunda selaksa tanya.
Siapa dikau wahai permata?.
Indahmu tak berupa raga.
Sepertinya dikau ku kenal lama.
Hanya saja tak pernah ku sapa manja.
Apakah engkau adalah zingga?
Di balik riang sang dhinakara..
Elok mu begitu terasa,seperti terjaga.
Kurasa ini ,,seperti tidak dan sengaja.
Di antara meganya kalimah-kalimah
Dikau bertahta-tahta disetiap insan bernama.
Melingkari kosong bernyala nan bernyawa.
Wahai dikau yang ku panggil zingga.
Kenalkan aku rupamu sedikit saja.
Biar ku tau dirimu adalah sang kelana.
Kelana diri ku di balik diri merah merona
Nan elok mu itu bersemayam ilahi cahaya.
Zingga oh zingga kemilau nan semesta
Aku mati penasaran tak berdaya dan berdarah.
Harapku barangkali memeluk saja.
Seperti suatu sempurna tak ada gunda
Wahai zingga yang ku sapa.
Sudikah dikau temani ku selamanya?
Temaniku mengitari se isi raya..
Dan sampai ku pulang kepada tanah.
Menutup mata dalam waktu yang baka.
Terimalah aku sebagai sesembahan
Jasatku yang hina di mata dan dunia.
Zingga..
Aku tak daya dan upaya
Tanpamu,,aku payah..
Bangkit
By: roni adil jafani.
TERLINTANG BARAT DAN UTARA
KAU GUGURKAN PARA PENDOSA
KEMATIAN TAK DAPAT DI RASA
IBLIS PUN DAPAT MENGGODA,
SENTUHAN NADI MULAI
BANGKIT,,
INKARNASI MULAI TERJADI
TITIK BERBICARA SUCI
INSANI BERJALAN FIRMAN BERKATA KHALBI,,
WAHYU TERISI PENUH
SAAT LAILA DI PERBINCANGKAN
RIDWAN SEDANG MENANTIMU
BERLINANG NUR AINUN SANGAT TERLIHAT.
SESUDAH AISYAH BERKEHIDUPAN
KUMALA PUN MENJADI BATU PERMATA NAN INDAH SURGAWI.
TERLINTANG BARAT DAN UTARA
KAU GUGURKAN PARA PENDOSA
KEMATIAN TAK DAPAT DI RASA
IBLIS PUN DAPAT MENGGODA,
SENTUHAN NADI MULAI
BANGKIT,,
INKARNASI MULAI TERJADI
TITIK BERBICARA SUCI
INSANI BERJALAN FIRMAN BERKATA KHALBI,,
WAHYU TERISI PENUH
SAAT LAILA DI PERBINCANGKAN
RIDWAN SEDANG MENANTIMU
BERLINANG NUR AINUN SANGAT TERLIHAT.
SESUDAH AISYAH BERKEHIDUPAN
KUMALA PUN MENJADI BATU PERMATA NAN INDAH SURGAWI.
Hawa
By : Budiyanto
Surga Tanpa Hawa
Bagai Cinta Tak Bertuan
Hawa Dalam Surga
Cinta Bagai Tak Keruan
Ooh TUHAN...CiptaanMu Penuh Mistik
Aku Tertawan
Aku Hamba
Dalam Cinta Rekaan TUHAN
Mengapa Aku Keliru
Hawa Di RusukKu
Bila Di Hati Bagai Duri
Manakah SurgaKu
Hawa Dalam Surga
Ataukah
Surga Dalam Hawa
CintaTanpa Hawa
Di Surgakah Tempatnya?...
Namun Bila Cinta
Yang Berhawa Pastilah Siksa dan Sengsara!..
Surga Tanpa Hawa
Bagai Cinta Tak Bertuan
Hawa Dalam Surga
Cinta Bagai Tak Keruan
Ooh TUHAN...CiptaanMu Penuh Mistik
Aku Tertawan
Aku Hamba
Dalam Cinta Rekaan TUHAN
Mengapa Aku Keliru
Hawa Di RusukKu
Bila Di Hati Bagai Duri
Manakah SurgaKu
Hawa Dalam Surga
Ataukah
Surga Dalam Hawa
CintaTanpa Hawa
Di Surgakah Tempatnya?...
Namun Bila Cinta
Yang Berhawa Pastilah Siksa dan Sengsara!..
Kamis, 14 Februari 2019
Berlapis Lapis Pelangi
By: Budiyanto
Nikmatnya Kasih Sayang Yg Kau Teteskan, Menyelinap Masuk Ke Dalam KerongkonganKu Betapa Halus Dan Lembutnya.
Tersirat Di Kalbu
Cinta Kian Kokoh Berdiri
Tertancap Kuat Mengakar Bertapa Di Ruang Hati
Ranting Berputik Entah Tak Pasti Layu
SenyumMu Bagai Berlapis lapis Pelangi
Sungguh MelembutKan Hati
Mekar Di Bingkai SukmaKu
Menjadi Satu...Kehidupan
Selaksa Tahun Pasti Ku Turuti
Walau Berjuta juta Derita Harus Ku Pikul
Langkah Demi Langkah Ku Tapaki Walau Kadang Ku
Terjatuh
Tuk Menuju Istana Merdeka Bahagia
Tetapi PerjalananKu
Masih Panjang
Setiap Kedatangan
Pastilah Di Sambut
Terimalah Salam SembahKu
Demi Panji
Tak Ada Kegusaran Hati
Engkaulah Wahai "Sang Misteri"
Demi Budi
Demi Bhakti
Kau Tetap Bersemayam Di Hati.
Ternate 15-2-2019
Selasa, 12 Februari 2019
Aku Mau Pulang
By : Budiyanto
Habis Gelap Terbitlah Terang,...Sang Mentari Pasti Datang.
Kesesatan Perjalanan,
Rahmat TUHAN Yg Menentukan.
Berilah Aku Waktu tuk Menebus Dosa. Aku Kan Pulang Menebus Usia.
Musim Berlalu, Sepi Memburu Memaksa Perindu. Meruntuhkan Nafsu Dengan Khayalan Sebuah Kehidupan.
Terimalah Kembali Wajah Ini
Jangan Terus Membenci Sampai Mati.
Hari Berganti...Kau Mengerti.
Masa Bertambah...Kau Merasa.
aku Manusia Pelakon Cerita
Di Pementasan Alam Ciptaannya.
Bukan Ku Sengaja Melanggar Arahan...Kadang Terlupa Watak Dan Peranan!........
Ternate 12-02-2019
Habis Gelap Terbitlah Terang,...Sang Mentari Pasti Datang.
Kesesatan Perjalanan,
Rahmat TUHAN Yg Menentukan.
Berilah Aku Waktu tuk Menebus Dosa. Aku Kan Pulang Menebus Usia.
Musim Berlalu, Sepi Memburu Memaksa Perindu. Meruntuhkan Nafsu Dengan Khayalan Sebuah Kehidupan.
Terimalah Kembali Wajah Ini
Jangan Terus Membenci Sampai Mati.
Hari Berganti...Kau Mengerti.
Masa Bertambah...Kau Merasa.
aku Manusia Pelakon Cerita
Di Pementasan Alam Ciptaannya.
Bukan Ku Sengaja Melanggar Arahan...Kadang Terlupa Watak Dan Peranan!........
Ternate 12-02-2019
JALINAN TAKDIR
By: Basnu jiko makolano
Menoreh pandangan dilukisan khiasan
Di balik diam di kesunyian belas kasihan
Ku tak ku rebut mahkotaMu bagai ungkapan
Sukma sejati tak kehilangan arah dalam jelmaan
Hanya tersipu malu jikalau permata direbut tuan
Cawan yang ku ambil bagai pengobat rindu bualan
Bertaburan buih sirna di genangan air
Sembilu pedih menyayat hati menepis takdir
Bagai lukisan darah direnggut tangan pemikir
Aku selaksa kenangan lalu dipintu akhir
Terukir sandi bayang di lorong terakhir
Mengarungi samudera berbahtera jingga
Terlihat jauh disana bukit permata
Hembusan angin darat meniup pelita
Ku jaga terangnya dibalik cahaya
Hanya terjaga di kesadaran semestinya
Tuk menjaga abdiku yang sebaiknya
Sekuntum mawar kematian terbawa arwah merpati
Bergegas menanti di marwah manzilah hati
Biarlah kembali pulang membawa arti
Ku pastikan datang kan ku menanti
Sekalipun masa menghampiri belati
Dan menunjuk kuasa waktu agarku terpatri
Kan ku menanti disambut perawan istana
Sambil mengganggam ribuan aksamala
Sang punggawa tinggalkan negeri berhala
Membawa kebaktian ditangan gembala
Atau pula sesembahanku tak dijamu para dewa
Takdirku sedemikian rupa yang harus ku jaga
Melengkapi bagian permata hidup
Jikala sebagian kitab telah termaktup
Awal dan akhir menjadi pelengkap
Maka yang diakhir sebuah penutup
Dua kalimah kan selalau terucap
(BJM : 13-02-2019)
Menoreh pandangan dilukisan khiasan
Di balik diam di kesunyian belas kasihan
Ku tak ku rebut mahkotaMu bagai ungkapan
Sukma sejati tak kehilangan arah dalam jelmaan
Hanya tersipu malu jikalau permata direbut tuan
Cawan yang ku ambil bagai pengobat rindu bualan
Bertaburan buih sirna di genangan air
Sembilu pedih menyayat hati menepis takdir
Bagai lukisan darah direnggut tangan pemikir
Aku selaksa kenangan lalu dipintu akhir
Terukir sandi bayang di lorong terakhir
Mengarungi samudera berbahtera jingga
Terlihat jauh disana bukit permata
Hembusan angin darat meniup pelita
Ku jaga terangnya dibalik cahaya
Hanya terjaga di kesadaran semestinya
Tuk menjaga abdiku yang sebaiknya
Sekuntum mawar kematian terbawa arwah merpati
Bergegas menanti di marwah manzilah hati
Biarlah kembali pulang membawa arti
Ku pastikan datang kan ku menanti
Sekalipun masa menghampiri belati
Dan menunjuk kuasa waktu agarku terpatri
Kan ku menanti disambut perawan istana
Sambil mengganggam ribuan aksamala
Sang punggawa tinggalkan negeri berhala
Membawa kebaktian ditangan gembala
Atau pula sesembahanku tak dijamu para dewa
Takdirku sedemikian rupa yang harus ku jaga
Melengkapi bagian permata hidup
Jikala sebagian kitab telah termaktup
Awal dan akhir menjadi pelengkap
Maka yang diakhir sebuah penutup
Dua kalimah kan selalau terucap
(BJM : 13-02-2019)
Langganan:
Postingan (Atom)
JALINAN TAKDIR
By : Basnu jiko Makolano Pandanganku tertutup tertulis suratan Di balik nyanyian diam tergoreskan Tak ku rebut takhtaMu mengucap luap...

-
By: Basnu jiko makolano Menoreh pandangan dilukisan khiasan Di balik diam di kesunyian belas kasihan Ku tak ku rebut mahkotaMu baga...